
Informasi yang berhasil dihimpun DodyHaris.Com, kerusuhan terjadi di perusahaan galangan kapal PT Drydocs World Graha di Tanjung Uncang.
Kerusuhan dipicu oleh sikap seorang manajer di perusahaan tersebut yakni warga negara India yang memaki pekerja warga negara Indonesia dengan kata-kata "bodoh" sehingga menyinggung perasaan pekerja.
Akibat kerusahaan tersebut sekitar 12 mobil yang berada di halaman perusahaan dirusak dan dibakar serta fasilitas perusahaan seperti kaca-kaca jendela dirusak.
Kejadian rusuh ini bermula dari umpatan seorang supervisor India, Werindra, kepada foreman yang berkembangsaan Indonesia. Werindra bilang, "All Indonesia are stupid." Dalam hitungan jam, kemudian terjadi ledakan kerusuhan. Mengapa mudah meledak?
“Ada ketimpangan dan kemiskinan, ada perasaan terhina dan kalah di kalangan pribumi di Batam. Saya kira, ini salah satu faktornya,” kata Abas Jauhari MA, pengajar sosiologi di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Makian "All Indonesia are stupid" itu rupanya membuat foreman WNI yang belum diketahui indentitasnya ini naik pitam. Werindra langsung mendapat bogem mentah dan tebasan besi tepat di lututnya.
Werindra KO tak bisa bangkit. Keributan pun merembet, karyawan India menyelamatkan Werindra dan mencoba melawan karyawan Indonesia. Keributan ini bermula terjadi di L 205, sebutan bagi kapal yang sedang Drydock Graha kerjakan.
Kantor dan gudang barang pun tak luput dari aksi kemarahan pekerja. Sedikitnya 40 tenaga kerja asing terpaksa dievakuasi melalui jalur laut. Mereka menjadi sasaran amuk ribuan karyawan galangan kapal PT Naninda, Batam.
Tak puas di atas kapal, kerusuhan meluas hingga ke kantor administrasi. Pasukan Brimob Polda Kepri diturunkan untuk mengatasi kerusuhan. Karyawan India yang terjebak di dalam galangan dievakuasi menggunakan kapal laut. Sementara karyawan lain meluapkan ketidakpuasan dalam bentuk pengrusakan.
Umpatan "All Indonesia are stupid" itu hanya pemicu di permukaan sebab kemiskinan dan kesenjangan merupakan fakta di lapangan. Buktinya, data ketimpangan 2007 menunjukkan angka tingkat kemiskinan di Batam dan Propinsi Kepri tercatat 21%, dan secara nasional 17,2%.
Sedangkan angka pengangguran Propinsi Kepri 10,8% sementara secara nasional hanya 9,8%. Ketimpangan dan kemiskinan dalam pembangunan adalah masalah yang perlu diperhatikan secara serius oleh pemerintah daerah. Persoalan itu menjadi satu bagian dari pertanyaan Komisi IV DPR di 2007.
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sejak 2007 lalu sudah mengungkapkan keheranannya dan terkejut terhadap ketimpangan data kesenjangan hidup masyarakat Batam dan Kepri yang berbatasan langsung dengan negara tetangga.
Sebuah laporan juga menunjukkan ada kesan para buruh diperlakukan sebagai bawahan belaka, sering dilecehkan dan dianggap sebagai kaum bodoh atau kuli. Akibatnya, di Batam, rasa pengap dan sumpek menggelayuti masyarakat bawah.
Industrialisasi tak sepenuhnya bisa mengatasi kesenjangan dan kemiskinan. Kebijakan pengalokasian lahan untuk sektor industri ternyata berpengaruh negatif terhadap keadilan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Batam yang dalam kelahiraannya memang dirancang sebagai kawasan industri, ternyata penuh kesenjangan.
Kesenjangan ini dapat dilihat dari tidak adanya hubungan yang signifikan antara sektor industri manufaktur dengan usaha kecil menengah. Sektor ekonomi kecil tumbuh dan berkembang dengan sendirinya sebagai akibat trickle down effect yang tidak sempurna dari keberadaan sektor industri.
Kerusuhan yang dipicu oleh makian “All Indonesia are stupid” itu, setidaknya mengkonfirmasikan kepengapan sosial di Batam. Ini pekerjaan berat bagi pemimpin mendatang di Batam yang harus menyelesaikan masalah setelah Ismeth Abdullah didakwa korupsi. Akar-akar kerusuhan kemarin, harus diatasi.
Situasi saat kerusuhan bisa anda lihat dibawah:
0 Komentar::
Post a Comment
Jika Informasi ini bermanfaat, dengan kerendahan hati saya harapkan komentar dan kritikan dari Kawan semua.... :)